Jumat, 13 Januari 2012


Ilmunuroja.com

Kata yang keluar dari lisan seorang ibu, atau orang yang lebih tua dari kita adalah Doa. Lebih-lebih terhadap orang tua harus berhati-hati mengeluarkan kata-kata kepada sang anak.

Benar sekali perkataan Rasulullah saw yang menggambarkan betapa dahsyatnya kata-kata yang muncul dari bibir orang tua saat diucapkan kepada anaknya, muridnya, atau kepada adik-adiknya.
Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia (bisa saja) terjatuh kedalam neraka jahanam    - HR. Bukhori

Berikut beberapa pengaruh yang bisa ditimbulkan oleh dahsyatnya sebuah kata-kata

Penentu Konsep Diri
Sebetulnya siapa yang membentuk kerakter buruk anak ?  yakni orang tua sendiri. Dengan ia sering : Berkomentar Negatif, Merendahkan Anak di Depan Umum, Menyalahkan Anak di Tempat Umum, Mengeluh Perilaku Anak kepada Orang Lain, Memberikan Panggilan Negatif.

Jika anak dibesarkan dengan Celaan, maka ia belajar Memaki
Jika anak dibesarkan dengan Permusuhan, maka ia belajar Berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan Ketakutan, maka ia belajar Gelisah
Jika anak dibesarkan dengan Rasa Iba, maka ia belajar Menyesali Diri
Jika anak dibesarkan dengan Olok-olok, maka ia belajarRendah Diri
Jika anak dibesarkan dengan Iri Hati, maka ia belajar Kedengkian

Cukup satu kalimat saja bisa menjadi penghancur konsep kerpibadian anak. Misal diwaktu anak memcahkan gelas yang dia bawa, lantas seorang ibu mengeru dengan “hukuman” kata-kata kasar dan merendahkan . Proses kemandirian anak menjadi hancur berkeping-keping.

Jika anak dibesarkan dengan Pengakuan, maka ia belajar Mengenali Tujuan
Jika anak dibesarkan dengan Dorongan, maka ia belajar Percaya Diri
Jika anak dibesarkan dengan Toleransi, maka ia belajar Menahan Diri
Jika anak dibesarkan dengan Berbagi, maka ia belajar Dermawan
Jika anak dibesarkan dengan Kejujuran & Keterbukaan, maka ia belajar Kebenaran & Keadilan

-          Doroty Law      -

Penentu Konsep Masyarakat



Hisan bin Tsabit ra, sahabat nabi, ia bisa masuk surga karena kata-kata dalam syairnya. Ia sangat piawai dalam menciptakan sebuah puisi atau sebuah syair, seakan-akan ia tidak perlu berpikir terlebih dahulu saat membuatnya. Tidak hanya beliau, tetapi orang-orang yang ada didekatnya pun mendapat imbas pahala berbuah surga itu.

Abu Dzar al Ghifari ra, ia masuk surga karena dia adalah singa Allah yang tidak menegakkan keadilan dengan pedang terhunus. Ia mampu menundukan seorang penguasa lalim hanya dengan lisannya, yang telah didoakan oleh Rasulullah. Kata-kata yang diucapkan baginda nabi saw telah dikabulkan oleh Allah, supaya kata-kata Abu Dzar mampu menjadi senjata yang lebih tajam dari pada pedangnya.

Teodor Herzl, semoga Allah melaknatinya karena kata-katanya. Ia adalah seorang penulis Yahudi, dimana kata-katanya dalam sebuah bukunya “Tanah Yahudi yang Baru” mampu menggerakan bangsa Yahudi untuk mendirikan negara kusus untuk bangsa Israel, dengan cara merebut sebagian tanah milik negara Palestina.
 
Wallahu A’lam bis Showab. Subhanallah. Betapa Dahsyatnya sebuah kata, sehingga ilmu tak ada bekas tanpa kata-kata itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar